• Jalan Bunga Sedap Malam XVIIIc No. 10 Medan Selayang, North Sumatra, 20131 Indonesia
  • +62 (61) 8201922
  • Jalan Bunga Sedap Malam XVIIIc No. 10 Medan Selayang, North Sumatra, 20131
  • +62 (61) 8201922

Cerita Conservation Leadership Training Batch VI

 

Conservation Leadership Training (CLT) Batch VI kali ini lebih spesial. Restorasi Cinta Raja II yang menjadi lokasi pelatihan pada sesi I, ini berbeda dengan CLT sebelumnya yang berlokasi di Restorasi Cinta Raja III. Peserta yang jumlahnya 30 orang berasal dari dua provinsi, 17 peserta dari Provinsi Sumatera Utara, dan 13 peserta dari Provinsi Aceh. Komposisi gendernya juga seimbang, 16 peserta laki-laki dan 14 peserta perempuan.

 

 

 

 

 

 

 

CLT Batch VI sesi I dibuka oleh perwakilan Kepala bidang BBTN Gunung Leuser, Bapak Abbas selaku Kepala Resor Cinta Raja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah mendirikan tenda, acara  dilanjutkan dengan pengenalan mengenai Taman Nasional Gunung Leuser, tepatnya tentang Struktur Wilayah TNGL,  oleh Bapak Abbas.  Sesi selanjutnya tentang Pemulihan Ekosistem Hutan, yang dibawakan oleh Rio Ardie mengenai tahapan-tahapan restorasi, fenologi, dan pemuliaan tanaman.

 

 

 

 

 

 

 

 

Setiap pagi sebelum memulai aktivitas pelatihan, para peserta melakukan stretching lalu sarapan. Setelah itu dilanjutkan penyampaian materi tentang Pemulihan Ekosistem. Praktek pengamatan Fenologi Pohon dilakukan seusai penyampaian materi, dengan menggunakan binocular. Selain mengamati pohon induk, peserta juga mengamati daun muda, buah muda, bunga, dan buah tua dari pohon induk tersebut. Tak lupa juga mengambil titik koordinat di bawah pohon yang mereka amati. Semua data yang ditemukan, dicatat di tally sheet. Walaupun cuaca hujan, semangat belajar para peserta tidak berkurang sedikit pun. Lelah saat melewati medan terjal pun terbayarkan saat peserta menemukan air terjun yang sangat indah di tengah hutan yang bernama “3 Brothers Waterfall”.

 

 

 

 

 

 

 

Dalam pelatihan berikutnya, Khairani (staff restorasi OIC) mengajarkan tentang pembibitan tanaman, pembuatan ecobag berbahan gedebog pisang, dan proses pembuatan benih menjadi bibit. Para peserta diarahkan ke nursery, yaitu tempat memproses benih menjadi bibit yang siap tanam. Para peserta melakukan perawatan bibit dengan membersihkan tumbuhan yang tumbuh di sekitaran tanaman yang bersifat gulma. Dalam kegiatan ini peserta juga mendapatkan kesempatan untuk membersihkan gulma pada lokasi tanam, membuat lorong tanam, dan menggali lobang untuk menanam bibit pohon yang layak tanam. Setelah itu peserta diarahkan mengisi ecobag yang dibuat dari gedebog pisang, berikut cara membuat polybag dari gedebog pisang. Setelah polybag selesai dibuat, selanjutnya diisi tanah, dan dibawa ke nursery. Khairani juga menyampaikan bahwa ketahanan dari ecobag gedebog pisang tersebut hanya 4 bulan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Materi ke empat adalah Survey, Monitoring Kehati, dan Pemasangan Kamera Trap yang dibawakan oleh Radiana Sofyan yang akrab dipanggil Kak Rara. Kak Rara merupakan staff Riset dan Monitoring Kehati YOSL-OIC. Materi kali ini juga tidak kalah seru dari materi sebelumnya. Pada penyampaian materi kamera trap, peserta diajarkan tentang fungsi kamera trap, settingan kamera trap,  posisi peletakkan kamera,  dan hasil tangkapan kamera trap.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Malamnya dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Muhammad Yusuf dengan tema Dasar Navigasi Darat. Beliau menjelaskan perbedaan navigasi dengan navigasi darat. Navigasi adalah teknik untuk menentukan posisi dan arah sedangkan navigasi darat teknik menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat. Selanjutnya menjelaskan peralatan pedoman arah yaitu peta, kompas, altimeter, prokaktor/busur, alat tulis, dan GPS.

 

 

 

 

 

 

 

Materi hari selanjutnya yaitu Smart patrol yang dibawakan oleh Alam dan Joko. Mereka menjelaskan bahwa patroli hutan adalah salah satu bentuk pengamanan yang dilakukan baik secara fungsional maupun gabungan. SMART (Spacial Monitoring and Reporting Tool) sendiri merupakan sebuah sistem yang dilengkapi dengan perangkat untuk merencanakan, mendokumentasikan mengalisis, melaporkan, dan mengelola data keanekaragaman hayati, dan data patroli (data ancaman). Adapun alat-alat yang dibutuhkan saat patroli yaitu, GPS, kompas, alat ukur, peta, kamera, tally sheet, obat-obatan dan lain lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah penyampaian materi, selanjutnya kelompok langsung praktek ke hutan. Di hutan para peserta menemukan jejak satwa, jerat aktif, tanaman komersil, dan pakan satwa. Setelah melakukan kegiatan tersebut di hutan, para peserta kembali ke pondok untuk presentasi hasil temuan perkelompok.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Materi selanjutnya dibawakan oleh Hasri Abdillah, tentang Pengamatan Burung (Birdwatching) dan pengenalan burung. Bapak Hasri menjelaskan tentang Birdwatching , yaitu pengamatan burung di habitat aslinya untuk  mempelajarinya, beliau juga bercerita beliau bahwa mengamati burung bisa jadi hobi, untuk kegiatan wisata, atau keperluan riset. Adapun alat untuk pengamatan burung diantaranya binokuler, alat tulis, kamera, GPS dan peta lokasi, recorder dan buku identifikasi “Birds of Tropical”. Waktu yang tepat untuk pengamatan burung yaitu :

Pagi (06.00-10.00) mulai terbit matahari hingga menjelang siang

Sore (15.00-18.00) menjelang sore hingga matahari terbenam

tergantung kondisi, pasang-surut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keesokan paginya jam 06.30 para peserta langsung ke lapangan untuk pengamatan burung. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, sebelum turun ke lapangan, mereka sudah dibekali peralatan sesuai tugasnya seperti kamera, binocular dan tally sheet. Setelah pengamatan langsung ke lapangan, para peserta kembali ke pondok untuk mendiskusi hasil pengamatannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selanjutnya setelah presentasi hasil pengamatan burung, dilanjutkan dengan pengamatan sarang orangutan bersama Kak Rara. Materi Pengamatan sarang orangutan meliputi pengambilan titik koordinat menggunakan GPS, membuat transek atau jalur untuk memonitoring keberadaan orangutan, sarang orangutan, dan pakan orangutan.  Pemantauan ini menggunakan binokuler dan kamera. Dalam satu kelompok ada yang tugasnya sebagai notulen yang mencatat setiap temuan di tally sheet, sebagai pengamat untuk mengukur jarak, tinggi pohon,  dan lingkar pohon. Kegiatan diakhiri dengan mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Materi selanjutnya tentang Estimasi Populasi dan Kesesuaian Habitat Ungko Hylobates Agilis dan Siamang Symphalangus Syndactilus di Ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara, yang dibawakan oleh Bang Ades. Bang Ades menjelaskan alat yang diperlukan untuk pengambilan data Gibbon yaitu GPS, untuk menandai lokasi, kompas sebagai petunjuk arah, tally sheet untuk mencatat data yang di dapat, jarak dari titik lokasi pengamatan antara 300-500m. Bang Ades pun menjelaskan bahwasanya Gibbon memakan buah dan daun dari pohon ficus dan tingkat usia Gibbon dimulai dari bayi yaitu berusianya 0-2 tahun, anak 2-4 tahun, muda 4-6 tahun, dan dewasa 6 tahun keatas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah itu dilanjutkan pemasangan kamera trap, pertama setting kamera trap setelah kamera trap tersetting tentukan peletakan kamera trap jangan sampai menghadap utara atau timur karena akan membuat backlight, setelah kamera trap terpasang peserta mencocokkan satwa apa saja yang ingin diamati dengan lewat didepan kamera trap, jika sudah sesuai dengan yang diinginkan kamera trap pun dipasang dan diberikan pengamat dan dihidupkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Malamnya dilanjutkan materi HOCRU oleh Bang Bedul, Bang Krisna dan dokter Ikhwan mereka menjelaskan tugas umum tim HOCRU yaitu mengumpulkan informasi konflik satwa liar, menggali tingkat pemahaman masyarakat tentang spesies satwa yang merusak tanamaan, melakukan pencegahan dan penanggulangan konflik satwa liar, dan sosialisasi metode mitigasi tradisional yang efektif, ia juga menjelaskan penyebab terjadinya konflik salah satunya adalah perilaku manusia yang mengakibatkan kerusakan dan fragmentasi habitat, sehingga meningkatkan jumlah populasi satwa liar yang terdesak mendekati pemungkinan manusia. Bang Bedul juga menjelaskan tim rescue idealnya beranggotakan 6 orang ;  terdiri dari 1 orang medis, 1 orang Polhut, 2 orang sniper, 1 orang teknisi, dan 1 orang supir. Perlengkapan tim rescue senapan/sumpit bius, perlengkapan medis jaring dan tas, alat panjat pohon 1 set, dan kandang transport. Paginya peserta membuat projek mini tentang mitigasi konflik satwa liar dan manusia lalu dipresentasikan perkelompok, malamnya evaluasi kegiatan selama 6 hari di CLT.

 

 

 

 

 

 

 

Sesi 2 CLT dilanjutkan pada tanggal 28-04 Desember, di Sekolah Alam Leuser, Bukit Mas, Langkat. Pada sesi 2, materi yang disampaikan lebih beragam yaitu tentang jurnalistik, awareness dan social campaign, kesetaraan gender, tentang kehutanan sosial, mengetahui lebih lanjut oic-yosl, community development, ekowisata, pembelajaran tentang desain mini project dan belajar tentang kepemimpinan dalam konservasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Walaupun tidak mengikuti semua materi sesi 2, tetapi aku tetap merasa senang bisa terlibat CLT sesi 2 ini.  Bisa berjumpa dengan pemateri yang luar biasa Bu Nurni Sulaiman, Bu Fransisca Arianti, Bu Etik Nurwanti, Bang Indra, Bang Alpin, Kak Arisa, dan Kak Sella. Dan pastinya bisa berjumpa lagi dengan kakak/abang peserta.

materi jurnalistik  lingkungan yang dibawa oleh Ibu Nurni kita bisa belajar tentang apa itu jurnalistik, bagaimana mengemas berita tentang dunia konservasi kedalam jurnalistik, cara menulis berita, cara membedakan berita hoax dan akurat, dan Bu Nurni juga membagikan pengalamannya selama bekerja sebagai jurnalistik lingkungan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Materi selanjutnya dibawakan oleh Kak Sella Novita Sari, Kak Sella membawakan materi Awareness dan social media campaign, disini Kak Sella menjelaskan apa itu Awareness, atau proses untuk meningkatkan rasa kepekaan terhadap suatu kejadian Kak Sella juga menjelaskan cara yang dilakukan untuk menyalurkan proses penyadartahuan tersebut,  dan tips membuat produk kampanye melalui reels instagram. Di akhir materinya Kak Sella membagi 6 kelompok untuk membuat video pendek tentang campaign/kampanye yang mengandung 3 unsur  ; informatif, inspiratif, dan menghibur masing-masing orang. Didalam kelompok mempunyai tugas masing-masing sebagai videographer, editor, photographer, script writer, talent, dan tim kreatif. Selanjutnya video hasil dari peserta dipublish ke akun instagram masing-masing dan tag instagram @yosloic dan @sahabatalamlestari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sorenya dilanjutkan oleh Kak Arisa dari Wildlife Whisperer Sumatra yang mengantarkan materi tentang strategi kampanye digital konservasi satwa liar.  Di dalamnya ada metode smart, dan cara berkampanye digital untuk didengarkan anak muda. Tidak hanya itu,  Kak Arisa juga memberi contoh dari beberapa kampanye yang sudah di lakukan oleh tim Wildlife Whisperer Sumatra. Belajar dengan Kak Arisa tentang strategi kampanye sangat seru dan menyenangkan. Sampai tiba-tiba sore itu lampu padam, tapi semangat para peserta nggak padam untuk belajar bersama Kak Arisa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dilanjutkan materi  Kepemimpinan oleh Ibu Siska, yang merupakan Direktur Eksekutif OIC . Bu Siska mengatakan bahwasanya seorang pemimpin yang baik harus bisa deal dengan karakter orang lain. Bu Siska juga menyampaikan

 

Ketidak mungkinan itu tidak berarti tidak jalannya, kita hanya belum menemukan jalan keluarnya”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Malamnya adalah materi perkenalan lebih dalam dengan YOSL-OIC yang dibawakan oleh Bang Indra Kurniawan. Bang Indra menjelaskan 6 program utama YOSL-OIC, yaitu pemulihan ekosistem, penanganan konflik manusia dan orangutan, pengamatan kawasan hutan dan penegakan hukum kehutanan, penelitian survei dan monitoring kehati, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan lingkungan dan pusat rehabilitasi satwa liar. Bang indra juga mengajak peserta biar tidak ngantuk bermain permainan makin lama makin kecil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Materi  di hari berikutnya tentang Perhutan Sosial, yang disampaikan oleh Alpin Anhar. Kami mendapatkan pengetahun tentang definisi dan pengertian perhutanan sosial, dasar hukum, rencana pengelolaan kawasan, dan pelaksanaan pengelolaan kawasan. Bang Alpin juga menjelaskan bahwa perhutanan sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan adat.  Masyarakat setempat adalah pelaku utama dalam kegiatan Perhutanan Sosial, guna meningkatkan kesejahteraan setempat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dilanjutkan oleh Ibu Etik Nurwati yang mengantarkan materi tentang Gender.  Ibu Etik menjelaskan konsep gender dan kesetaraan gender. Bu Etik juga menjelaskan mengapa gender selalu dipersoalkan. Dalam diskusi ini,  peserta sangat aktif bertanya dan mempertahankan gengsinya antara perempuan dan laki-laki.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CLT 6 adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagiku,  aku belajar banyak hal di CLT ini. Aku juga berjumpa dengan orang-orang hebat dari latar belakang yang berbeda. Meskipun aku hadir bukan sebagai peserta, melainkan sebagai pengliput. Teman-teman CLT memberi kesan yang sangat luar biasa. Terimakasih CLT 6 sudah mengajarkan banyak hal baru, mempertemukan momen-momen yang baik bersama orang yang baik juga. Semoga aku memberikan kesan yang baik untuk teman-teman peserta CLT.

 

Sampai jumpa dicerita yang baru….

 

 

 

 

Leave A Comment