Penulis: Sella Novita Sari
LANGKAT – Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo menjadi salah satu pengisi materi pada Pelatihan Jurnalistik Lingkungan yang diselenggarakan oleh Sumatera Tropical Forest Journalist (STFJ) di Langkat, Selasa (24/8).
Dalam penyampaian materi spesies terancam punah, Panut menjelaskan ada tiga spesies orangutan diantaranya: Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Pada tahun 2017, Orangutan Tapanuli ditetapkan sebagai spesies yang terpisah dari orangutan Sumatera.
“Berdasarkan lokasi, dia (Orangutan Tapanuli) berada di Sumatera. Ketika dilihat dari genetiknya, ternyata Orangutan Tapanuli ini lebih mirip dengan Orangutan Kalimantan,” jelas Panut.
Latar belakang pendidikan yang tidak berkaitan dengan konservasi, bukan menjadi alasan bagi penerima berbagai macam penghargaan konservasi ini untuk terus berjuang melestarikan orangutan di Sumatera. Melihat perburuan dan perdagangan satwa dilindungi yang kerap terjadi, menjadikan Panut tidak berhenti berusaha menyelamatkan spesies kunci yang keberadaannya sudah diambang kepunahan ini.
Peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa terlihat antusias dan sangat tertarik dengan materi Konservasi Orangutan Sumatera dan Orangutan Tapanuli, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan para peserta dalam materi ini.
Direktur STFJ, Rahmad Suryadi mengatakan pelatihan ini diselenggarakan bagi mahasiswa dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap konservasi lingkungan melalui jurnalistik. Penekanan pemahaman tentang konservasi penting dilakukan untuk kader-kader jurnalis lingkungan.
Harapannya, materi-materi konservasi yang disampaikan dapat menjadi bekal pemahaman para kader jurnalis lingkungan untuk bisa kritis menanggapi isu-isu lingkungan yang sedang terjadi. Meskipun para peserta memiliki latar belakang pendidikan yang beragam.
Panut juga menjelaskan upaya yang dilakukan dalam menyelamatkan spesies orangutan dimulai dari sosialisasi, pemulihan ekosistem dan mitigasi konflik antara orangutan dan manusia. Katanya, upaya penyelamatan spesies terancam punah ini tidak bisa ia lakukan sendiri, melainkan harus melibatkan beberapa pihak.
Keterlibatan para jurnalis lingkungan sangat penting dalam upaya menyebarkan informasi terkait pentingnya melestarikan orangutan. Di penghujung pemaparan materi, Panut menyampaikan pesan kepada para peserta pelatihan agar menjadi jurnalis yang handal dan cerdas dalam menyampaikan informasi berdasarkan data yang up to date dan akurat.
Tidak hanya Orangutan Information Centre, pelatihan ini juga melibatkan beberapa lembaga. Mulai dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Tropical Forest Conservation Action (TFCA), Leuser Conservation Partnership (LCP), Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan, Forum Konservasi Leuser (FKL), Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI), Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic), Wildlife Conservation Society (WCS), Conservation Response Unit (CRU) Aceh dan Explore Sumatera.